Friday 28 May 2021

Kuliah 9: Keempat Menolak Aushiak Rasulullah (sawas)

Kuliah 9: Keempat Menolak Aushiak Rasulullah (sawas)

Sambungan Kuliah Penyelewengan Umat Islam Dari Jalan Yang Lurus

1. Penyelewengan (Tahrif) Dalam Al-Quran

2.Penetapan Syari’at berdalilkan (berlandaskan) ‘Akal

3. ‘Aqaid (Akidah-akidah)

4. Menolak Aushiak Rasulullah (sawas)

رابعاً: الإعراض عن أوصياء النبي) ص (

Pada kenyataannya, As-Sunnah telah menolak Imam-imam (Aimmah) (as), dan tidak menerima mereka dan tidak merujuk kepada mereka dalam al-Mutasyabihat.

Mengenai Imam Mahdi (as) mereka menolak samada pada zaman Ghaibah Sughra (kecil) atau pada zaman Ghaibah Kubra (besar), dan hampir-hampir hanya Syiah yang lebih mengutamakannya dari mereka dalam menyebutnya (mengingatnya).

WASHI     

Washi adalah seseorang yang dapat menunaikan seluruh urusan orang yang memberikan wasiat kepadanya, kecuali dalam urusan tertentu yang diwasiatkan kepadanya yang ia hanya memiliki hak untuk menunaikannya dalam masalah itu saja.

لِكُلٍّ نَبِيٍ وَصِيٌّ

Setiap nabi memiliki washi

Sejak Nabi Adam (as) washi-washi atau aushiak wujud dan hidup bersama nabi dan kemudian dilantik oleh Allah sebagai pemegang wasiat.

Telah diceritakan oleh Allah dalam Al-Quran anak-anak nabi selalu merebut lantikan washi yang dilantik oleh Allah. Cerita mudah Qabil membunuh Habil. Kerana Habil dilantik sebagai washi.

Sebab itulah cerita ini diselewengkan kepada perebutan Isteri

Yusuf washi Ya’qub (as) kerana lantikannya melalui mimpi Yusuf lalu hendak dibunuh oleh 10 saudaranya, pada hal mereka adalah anak-anak nabi Ya’qub.

Washi Nabi Muhammad (S), Ali rumahnya hendak dibakar dia sendiri diikat dan diheret ditanah dipaksa membai’ah jawatan yang dirampas darinya  oleh para sahabat Rasulullah sendiri. Sedangkan mereka sendiri mendengar sejak dari tahun tahun-tahun awal kerasulan.

Ada terlalu banyak hadits dan fakta sejarah mengenainya.

 

1. Hadits Yaum Al-Dâr

Khilâfah Rasulullah (S) dan kepemimpinan umat Islam bukan merupakan sebuah masalah yang didiamkan oleh Rasulullah (S) hingga akhir hayatnya dan meninggal tanpa ada menjelaskan umat Islam dengan masalah kepemimpinan (imâmah) dan khilâfah.

1.Tatkala ayat

﴿وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ اْلأَقْرَبِينَ﴾

Dan berikanlah peringatan kepada kerabat terdekatmu (QS. Asy-Syua’ara 26:214) turun pada tahun ketiga bi3-tsah, (kerasulan)

Baginda meminta Imam Ali (as) datang kepadanya dan bersabda,

Aku diperintahkan Tuhanku untuk mengajak para kerabatku kepada Islam. Siapkanlah makanan dan semangkuk susu, dan undanglah Bani Abdul Muththalib supaya aku dapat menjalankan tugas yang dipikulkan di pundakku kepada mereka.‛

Imam Ali (as) berkata: Aku mengundang seluruh Bani Abdul Muththalib yang jumlahnya lebih-kurang empat puluh orang.

Makanan yang telah disiapkan, aku hidangkan.

Mereka menyantap hidangan makanan dan meminum susu.

Akan tetapi, makanan dan susu yang ada tidak berkurang-kurang. Manakala Nabi (S) ingin menyampaikan pidato kepada mereka,

Abu Lahab berkata, ‘Muhammad telah melakukan sihir kepada kalian.’ Majelis pun bubar sebelum Nabi (S) menyampaikan pidatonya.

Pada keesokan harinya, Nabi (S) memerintahkan untuk mengundang mereka kembali dan menyiapkan makanan dan susu untuk mereka.

Ketika mereka telah berkumpul dan selesai menyantap hidangan, Nabi (S) angkat bicara dan bersabda, Wahai Bani Abdul Muththalib, Demi Allah, aku tidak mengenal seorang Arab yang membawa sesuatu yang lebih baik dari yang aku bawa kepada kalian.

Aku membawa sesuatu yang berharga bagi dunia dan akhirat kalian dan Tuhanku menitahkan kepadaku untuk mengajak kalian kepadanya (Islam).

Siapakah di antara kalian yang sedia membantuku dalam menjalankan tugas ini?’

Aku (Ali) yang saat itu adalah orang yang paling muda di antara hadirin, berkata, ’Wahai Rasulullah! Aku siap membantumu dalam menjalankan tugasmu.’

Rasulullah (S) merangkul leherku dan bersabda, ’Inilah saudara, washi dan khalifahku di antara kalian. Dengarkanlah ia dan taatilah perintahnya.’

Pada saat-saat itu, seluruh hadirin berdiri dan sembari tertawa, mereka berkata kepada Abu Thalib, ’Keponakanmu memerintahkanmu untuk menaati Ali (anakmu).’‛[ [92]Kanz Al-‘Ummâl, jilid 13, hal. 131, hadis ke-36419 dan hal. 149, hadis ke-36465; Târikh Thabari, jilid 2, hal. 62.]

Menurut sebuah riwayat Rasulullah (S) mengulang tiga kali 93]

 

2. Hadis Manzilah

 

Dalil lain yang menunjukkan khilâfah Hadrat Ali As adalah hadis manzilah. Hadis manzilah merupakan hadis yang paling masyhur yang disabdakan oleh Nabi (S) dan para sahabat beliau meriwayatkan hadis tersebut.

Ibn Asakir dalam kitab Târikh Dimasyq [94] meriwayatkan hadis ini dari tiga puluh dua orang sahabat melalui jalan dan sanad yang berbeda.

Dari hadis ini berulang-ulang disampaikan oleh Nabi Saw,

tetapi yang paling masyhur di antaranya adalah yang disampaikan pada ghizwah Tabuk (ghizwah adalah perang yang dipimpin langsung oleh Rasulullah Saw, AK).

Ali ditinggal di Madinah sebagai wakilnya.

Perang Tabuk merupakan perang yang di dalamnya Imam Ali tidak menyertai Nabi (S) Oleh sebab itu, sangatlah sukar baginya untuk tinggal di Madinah sementara Nabi (S) berangkat ke medan laga.

Tatkala pasukan beranjak meninggalkan Madinah, ia datang menghadap kepada Nabi (S) dan berkata, ‚Apakah engkau meninggalkan aku di Madinah bersama para wanita dan anak-anak?‛ Dalam menjawab pertanyaan Hadrat Ali, beliau bersabda:

أَما تَرْضَى أنْ تَكُونَ مِنٍّي بِمَنْزِلَةِ هارُونَ مِنْ مُوسَى إلاَّ أنَّوُ لاَ نَبِيَ بَعْدِي

‚Apakah engkau tidak ridha kedudukanmu bagiku laksana kedudukan Harun bagi Musa, hanya saja tidak ada nabi setelahku?‛[95]

Kita jumpai dalam Al-Quran bahwa hubungan Harun bagi Musa memiliki lima relasi: Saudara, mitra dalam nubuwwah (kenabian), wazir dan penolong, pendukung[96] ; khalifah dan washi.[97]

[96] وَاجْعَل لِّي وَزِيرًا مِّنْ أَهْلِي * هَارُونَ أَخِي * اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي * وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي

‚Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku. (Yaitu) Harun, saudaraku. Teguhkanlah dengan ia kekuatanku. Dan jadikanlah ia sekutu dalam urusanku. (QS. Thaha [20]:29 – 32)

[97] وَقَالَ مُوسَىٰ لِأَخِيهِ هَارُونَ اخْلُفْنِي فِي قَوْمِي وَأَصْلِحْ وَلَا تَتَّبِعْ سَبِيلَ الْمُفْسِدِينَ

"Dan berkata Musa kepada saudaranya Harun, Gantikanlah  (Akhlif-ni) aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah engkau mengikuti orang-orang yang membuat kerusakan.‛ (QS. Al-A’raf 7: 142)

 

Oleh karena itu, Hadrat Ali juga memiliki lima relasi dengan Nabi (S) lantaran ia memilih Ali dan bersabda,

Engkau adalah saudaraku dunia dan akhirat.‛[98] Ia adalah mitra Rasulullah (S) dalam menyampaikan pesan Ilahi, lantaran Nabi (S) bersabda,

Tidak ada yang menyampaikan pesan Ilahi kecuali aku dan Ali.‛[99] Ali adalah wazir Nabi (S) karena Nabi (S) bersabda,

Ali adalah wazirku.‛[100] Ali adalah penolong Nabi (S) lantaran Allah Swt menolong Nabi (S) dan Hadrat Ali As.[101] Dan Hadrat Ali adalah khalifah Rasulullah Saw; karena Nabi (S) memilih Imam Ali As sebagai khalifahnya.[102]

 

3. Hadis Wishâyah dan Wirâtsah

 

Rasulullah (S) bersabda:


لِكُلٍّ نَبِيٍ وَصِيٌّ وَوَارِثٌ وَإنَّ عَلِياًّ وَصِيٍّي وَوَارِثي

Setiap nabi memiliki washi dan warits dan Ali adalah washi dan warits bagiku. ‛[103 [103]Târikh Dimasyq, jilid 3, hal. 5, Hadits ke-1030 & 1031 dan Manâqib ibn Maghâzali, hal. 200, Hadits ke-238.]

Ia bersabda lagi:

أنَا نَبِيُّ هَذِهِ الْأُمَّةِ وَعَلِيٌّ وَصيٍّي في عِتْرَتيِ وَأىْلِ بيتي وأمَّتي مِنْ بعْدِي

‚Aku adalah rasul umatku dan Ali adalah washi bagiku di kalangan keluarga dan umatku selepasku.‛[ [104]Farâidh Al-Simthain, jilid 1, hal. 272, bab 52, Hadits ke-211.]

Dan bersabda:            

عَلِيٌّ أخِي وَوَزِيرَي وَوارِثِي وَوَصِيٍّي وَخَلِيفَتي في أُمَّتي

‛Ali adalah saudara, wazir, wârits, washi, dan khalifahku di kalangan umatku.‛[ Ibid., hal. 315, bab 58, Hadits ke-25.]

4. Ali adalah Wali Mukminin

 

Setiap saat Nabi (S) bersua dengan seseorang yang bersikap kurang ajar kepada Ali, atau orang-orang jahil yang mengadu kepada Nabi Saw, ia bersabda:

ما تُرِيدُونَ مِنْ عَليٍّ ، إنَّ عَليّاً مِنّي وَأنا مِنْه وَهُوَ وَليُّ كُلُّ مُؤمِنٍ بَعدِي

‚Apa yang engkau inginkan dari Ali, Ali adalah dariku dan Aku dari Ali. Ali adalah pemimpin kaum Mukminin selepasku.‛[108]

 

5. Hasil-hasil Kepemimpinan Ali dalam Sabda Nabi Saw

 

Kapan saja para sahabat berbincang dengan Nabi (S) ihwal khalifah dan pemimpin umat pasca Nabi Saw, ia menyampaikan – menurut beberapa riwayat berkeluh sendu duhai – sebagai hasil dan buah kepemimpinan Ali As.

Sebagai contoh, Nabi (S) bersabda:

إنْ وَلَّيتُمُوها علياً وجدتموه هادياً مَهدياً يَسلُكُ بِكم على الطريق المستقيم

‚Apabila kalian menyerahkan khilâfah kepada Ali, kalian melihatnya bahwa ia adalah seorang pembimbing dan terbimbing, yang membawa kalian ke jalan yang benar.‛[109]

أما والذي نفسي بيده لئن أطاعوه لَيَدْخُلُّن الجنة أجمعين أكتعين

‚Demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, apabila mereka menaati Ali As, seluruhnya, seluruhnya akan memasuki firdaus.‛[110]

إن تستخلفوا علياً ولا أراكم فاعلين تجدوه هادياً مَهدي اًيحملكم على المحجة البيضاء .

‚Apabila kalian menjadikan Ali sebagai khalifah – dan aku kira kalian tidak akan melakukan hal itu – kalian telah melihatnya bahwa ia adalah orang yang terbimbing yang akan membawamu ke jalan utama.‛[111]

 

6. Khilâfah Intishâbi Ali As

Pada bagian sebelumnya, dalam menjelaskan hadis Al-Ghadir, kita berkata bahwa Rasulullah (S) memperkenalkan Ali sebagai penggantinya adalah perintah dari Allah Swt. Sekarang kita akan menukil sebuah riwayat yang akan menjelaskan masalah (matlab) ini dengan baik.

Diriwayatkan dari Rasulullah Saw, ‚Pada malam mikraj, tatkala aku sampai pada derajat puncak kedekatan, aku berdiri di haribaan Tuhanku, Dia berfirman, ’Wahai Muhammad!’ Aku menjawab, ’Labbaik.’ Dia berfirman, ’Apakah engkau telah menguji para hamba-Ku hingga engkau tahu bahwa siapa di antara mereka yang lebih taat?’

Aku menjawab, ’Tuhanku, yang paling taat di antara mereka adalah Ali.’

Dia berfirman, ’Engkau berkata benar, wahai Muhammad! Apakah engkau telah memilih khalifah yang akan menunaikan tugas-tugasmu dan memberikan pengajaran kepada hamba-hamba-Ku ihwal apa yang mereka tidak ketahui tentangnya?’

Aku berkata, ’Tuhanku, pilihkanlah untukku.’

Dia berfirman, ’Aku telah memilih Ali untukmu. Pilihlah ia sebagai washi dan khalifah bagimu.’‛[112]

 

Demikian Nabi (S) bersabda, ‚Allah Swt memilih seorang nabi untuk setiap umat, dan setiap nabi memiliki seorang washi dan khalifah baginya. Aku adalah nabi umat ini dan Ali adalah washiku.‛[113] []

 

7. Ayat Tabligh

 

Nabi (S) menyebut musim haji ini sebagai hajjatul wida’ (haji perpisahan), hajjatul Islâm, hajjatul balâgh (haji penyampaian), hajjatul kamâl (haji sempurna), hajjatul tamâm (haji penghabisan).[21] Dengan selesainya ibadah haji, Nabi (S) bergerak kembali menuju kota Madinah. Tatkala sampai di bumi Rabigh, di tempat yang bernama Khum; Malaikat Jibril As turun, menyampaikan, dan membacakan pesan dari Allah Swt:

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ ۚ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika engkau tidak kerjakan maka engkau tidak menyampaikan risalah-Nya. Allah memeliharamu dari gangguan manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (QS. Al-Maidah [5]:67)[22]

 

Setelah Rasul disampaikan Ayat Tabligh di atas barulah diturunkan Ayat Ikmal Al-Din.

 

A. Kebenaran peristiwa Al-Ghadir dalam perspektif sejarah;

B. Muatan sabda Rasulullah (S) pada khotbah Al-Ghadir.

Di antara para sahabat Rasulullah (S) terdapat 110 sahabat yang meriwayatkan hadis Al-Ghadir ini.

Di antara para tabi’in terdapat 84 orang;

Di antara ulama abad kedua Hijriah terdapat 56 orang;

Di antara ulama abad ketiga Hijriah terdapat 92 orang;

Di antara ulama abad keempat Hijriah terdapat 43 orang;

Di antara ulama abad kelima Hijriah terdapat 24 orang;

Di antara ulama abad keenam Hijriah terdapat 20 orang;

Di antara ulama abad ketujuh Hijriah terdapat 21 orang;

Di antara ulama abad kedelapan Hijriah terdapat 18 orang;

Di antara ulama abad kesembilan Hijriah terdapat 16 orang;

Di antara ulama abad kesepuluh Hijriah terdapat 14 orang;

Di antara ulama abad kesebelas Hijriah terdapat 12 orang;

Di antara ulama abad keduabelas Hijriah terdapat 13 orang;

Di antara ulama abad ketigabelas Hijriah terdapat 12 orang;

Di antara ulama abad keempatbelas Hijriah terdapat 19 orang;

 

 

Kandungan Hadis Al-Ghadir

 

Kalimat yang menjadi saksi pada peristiwa Al-Ghadir dan pada hakikatnya pesan utama Al-Ghadir terkandung di dalamnya adalah sabda Nabi (S) bersabda:

مَنْ كُنْتُ مَوْلاهُ فَعَليٌّ مَولاه

 Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai mawlanya, maka Ali adalah mawlanya.‛

 

Kriteria-kriteria dan Pesanan Rasulullah terhadap Ali (as)

 

1.1. Kecintaan kepada Ali As adalah Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya 

1.2. Mencintai Ali Mendatangkan Kebahagiaan.

1.3. Mencintai Ali adalah Sebuah Amal Saleh.

1.4. Tidak Mencintai Ali Membuat Seluruh Amalan Ditolak 

1.5. Kebencian kepada Ali Tidak Akan Bersatu dengan Kecintaan kepada Rasulullah (S)

1.6. Kebencian kepada Ali Tidak Akan Bersatu dengan Iman 

1.7. Kebencian kepada Ali adalah Kekafiran.

1.8. Kecintaan kepada Ali adalah Alamat Keimanan dan Kebencian kepadanya adalah Alamat Kemunafikan.

2. Menyakiti Ali adalah Menyakiti Rasulullah (S)

3. Mencela Ali adalah Mencela Rasulullah (S)

4. Meninggalkan Ali Meninggalkan Rasulullah (S)

5. Memerangi Ali adalah Memerangi Rasulullah (S)

6. Panji Hidayah.

7. Ali bersama Kebenaran.

8. Kebenaran bersama Ali

9. Ali, hak dan Al-Quran.

10. Ali dan Al-Quran.

11. Ali Laksana Ka’bah.

12. Ali adalah Gerbang Ampunan.

13. Mizan Iman.

14. Pembeda antara Hak dan Batil

15. Tanda Keimanan.

16. Pembahagi Syurga dan Neraka.

17. Surat Izin untuk Melintasi Shirath.

18. Kemenangan dengan Mengikuti Ali

19. Para Syi’ah (Pengikut) Ali di Syurga.

20. Partai yang Meraih Kemenangan.

21. Mengikuti Ali, Terpuji dan Ridha.

22. Mengingat (Dzikir) Ali adalah Ibadah.

23. Memandang Wajah Ali adalah Ibadah.

24. Ali adalah Gerbang Syurga.

25. Pendaran Cahaya Ali di Syurga.

26. Ali adalah Bapa Kaum Muslimin.

27. Menaati Ali

28. Penjaga Rahasia Rasulullah (S)

29. Ali adalah Kepala bagi Rasulullah (S)

30. Gelar-gelar Imam Ali As.

 

Belum lagi kita bawakan hadits-hadits bersangkutan 3itrah dan Ahl Al-Bait yang ......

 

Keengganan menerima Ali sebagai Aushiak dan khalifah Rasulullah (S) setelah kewafatan baginda menyebabkan:

 

1.   Para sahabat nabi bermesyuarat di Tsaqifah, Abu Bakar terpilih sebagai khalifah, Nabi gelar (syuraa kubra)

2.   Pengurusan jenazah diurus oleh Keluarga terdekat Rasulullah (S) 

3.   Demi memperkuat kedudukan khalifah, mereka merempuh, ingin membakar, menolak keras pintu Rumah Ali (as) mencedarakan Fatimah yang mengandungkan Muhsin (sehingga gugur) mengheret Ali (as) memaksa untuk membai’ah Abu Bakar

4.   Mereka merampas Tanah fadak (milik warits Rasulullah (S))

5.   Mereka melupakan semua pesan dan wasiat tentang Imamah dan Khalifah – penyelewengan yang besar

6.   Setelah Abu Bakar mati Umar dilantik sebagai khalifah dengan jalan wasiat – satu lagi penyelewengan

7.   Ahl Al-Bait Rasulullah (S) hidup terpinggir tanpa kuasa dan ekonomi (kedua-duanya dirampas)

8.   20 tahun lebih Umar menjadi khalifah – Agama Islam terdapat penyelewengan – masa yang cukup lama melemahkan peringatan-peringatan Rasulullah (S)

9.   Umar mati diganti oleh Utsman dengan wasiat licik Umar

10.               Barulah jawatan Khalifah kembali kepada Ali (as)

11.               Sahabat Rasulullah (S) memerangi Ali – perang Jamal

12.               Muawiyah memerangi Ali – perang Siffin

13.               Ali (as) wafat (terbunuh) diganti oleh Al-Hassan (as)

14.               Al-Hassan (as) menyerahkan jawatan Khalifah kepada Muawiyah dan wafat diracun

15.               Umat Islam diperintah oleh Muawiyah – Bani Umaiyah

16.               Imam Ali dikutuk di mimbar .......

17.               Islam sebenar di pimpin oleh Aimmah

18.               Kematian Imam ke 11 (260H), Imam Mahdi (as) berumur 5 Tahun -  Ahli Sunnah menolak samada pada zaman Ghaibah Sughra (kecil) atau pada zaman Ghaibah Kubra (besar), dan hampir-hampir hanya Syiah yang lebih mengutamakannya dari mereka dalam menyebutnya (mengingatnya). Hingga Sekarang.

 

Itulah rentetan Penyelewengan Umat Islam terhadap Menolak Aushiak Rasulullah (sawas)

 

  

No comments:

Post a Comment