Kuliah 9: Keempat Menolak Aushiak Rasulullah (sawas)
Sambungan Kuliah Penyelewengan Umat Islam Dari Jalan Yang Lurus
1. Penyelewengan (Tahrif) Dalam Al-Quran
2.Penetapan Syari’at berdalilkan
(berlandaskan) ‘Akal
3. ‘Aqaid (Akidah-akidah)
4. Menolak Aushiak Rasulullah (sawas)
رابعاً: الإعراض عن أوصياء
النبي) ص (
Pada kenyataannya, As-Sunnah telah menolak
Imam-imam (Aimmah) (as), dan tidak menerima mereka dan tidak merujuk kepada
mereka dalam al-Mutasyabihat.
Mengenai Imam Mahdi (as) mereka menolak samada
pada zaman Ghaibah Sughra (kecil) atau pada zaman Ghaibah Kubra (besar), dan
hampir-hampir hanya Syiah yang lebih mengutamakannya dari mereka dalam
menyebutnya (mengingatnya).
WASHI
Washi adalah seseorang yang dapat menunaikan
seluruh urusan orang yang memberikan wasiat kepadanya, kecuali dalam urusan
tertentu yang diwasiatkan kepadanya yang ia hanya memiliki hak untuk
menunaikannya dalam masalah itu saja.
لِكُلٍّ نَبِيٍ وَصِيٌّ
Setiap nabi memiliki washi
Sejak Nabi Adam (as) washi-washi atau
aushiak wujud dan hidup bersama nabi dan kemudian dilantik oleh Allah sebagai
pemegang wasiat.
Telah diceritakan oleh Allah dalam Al-Quran
anak-anak nabi selalu merebut lantikan washi yang dilantik oleh Allah. Cerita
mudah Qabil membunuh Habil. Kerana Habil dilantik sebagai washi.
Sebab itulah cerita ini diselewengkan
kepada perebutan Isteri
Yusuf washi Ya’qub (as) kerana lantikannya
melalui mimpi Yusuf lalu hendak dibunuh oleh 10 saudaranya, pada hal mereka
adalah anak-anak nabi Ya’qub.
Washi Nabi Muhammad (S), Ali rumahnya
hendak dibakar dia sendiri diikat dan diheret ditanah dipaksa membai’ah jawatan
yang dirampas darinya oleh para sahabat Rasulullah
sendiri. Sedangkan mereka sendiri mendengar sejak dari tahun tahun-tahun awal
kerasulan.
Ada terlalu banyak hadits dan fakta sejarah
mengenainya.
1. Hadits Yaum Al-Dâr
Khilâfah Rasulullah (S) dan kepemimpinan umat
Islam bukan merupakan sebuah masalah yang didiamkan oleh Rasulullah (S) hingga
akhir hayatnya dan meninggal tanpa ada menjelaskan umat Islam dengan masalah
kepemimpinan (imâmah) dan khilâfah.
1.Tatkala ayat
﴿وَأَنْذِرْ
عَشِيرَتَكَ اْلأَقْرَبِينَ﴾
Dan berikanlah peringatan kepada kerabat
terdekatmu (QS. Asy-Syua’ara 26:214) turun pada tahun ketiga bi3-tsah, (kerasulan)
Baginda meminta Imam Ali (as) datang kepadanya
dan bersabda,
Aku diperintahkan Tuhanku untuk mengajak para
kerabatku kepada Islam. Siapkanlah makanan dan semangkuk susu, dan undanglah
Bani Abdul Muththalib supaya aku dapat menjalankan tugas yang dipikulkan di
pundakku kepada mereka.‛
Imam Ali (as) berkata: Aku mengundang
seluruh Bani Abdul Muththalib yang jumlahnya lebih-kurang empat puluh orang.
Makanan yang telah disiapkan, aku
hidangkan.
Mereka menyantap hidangan makanan dan
meminum susu.
Akan tetapi, makanan dan susu yang ada
tidak berkurang-kurang. Manakala Nabi (S) ingin menyampaikan pidato kepada
mereka,
Abu Lahab berkata, ‘Muhammad telah
melakukan sihir kepada kalian.’ Majelis pun bubar sebelum Nabi (S) menyampaikan
pidatonya.
Pada keesokan harinya, Nabi (S) memerintahkan
untuk mengundang mereka kembali dan menyiapkan makanan dan susu untuk mereka.
Ketika mereka telah berkumpul dan selesai
menyantap hidangan, Nabi (S) angkat bicara dan bersabda, ’Wahai Bani Abdul
Muththalib, Demi Allah, aku tidak mengenal seorang Arab yang membawa sesuatu
yang lebih baik dari yang aku bawa kepada kalian.
Aku membawa sesuatu yang berharga bagi dunia dan akhirat kalian dan
Tuhanku menitahkan kepadaku untuk mengajak kalian kepadanya (Islam).
Siapakah di antara kalian
yang sedia membantuku dalam menjalankan tugas ini?’
Aku (Ali) yang saat itu adalah orang yang
paling muda di antara hadirin, berkata, ’Wahai
Rasulullah! Aku siap membantumu dalam menjalankan tugasmu.’
Rasulullah (S) merangkul leherku dan
bersabda, ’Inilah saudara, washi dan khalifahku di antara kalian. Dengarkanlah
ia dan taatilah perintahnya.’
Pada saat-saat itu, seluruh hadirin berdiri
dan sembari tertawa, mereka berkata kepada Abu Thalib, ’Keponakanmu
memerintahkanmu untuk menaati Ali (anakmu).’‛[ [92]Kanz Al-‘Ummâl, jilid 13,
hal. 131, hadis ke-36419 dan hal. 149, hadis ke-36465; Târikh Thabari, jilid 2,
hal. 62.]
Menurut sebuah riwayat
Rasulullah (S) mengulang tiga kali 93]
2. Hadis Manzilah
Dalil lain yang menunjukkan khilâfah Hadrat
Ali As adalah hadis manzilah. Hadis manzilah merupakan hadis yang paling
masyhur yang disabdakan oleh Nabi (S) dan para sahabat beliau meriwayatkan
hadis tersebut.
Ibn Asakir dalam kitab Târikh Dimasyq [94] meriwayatkan hadis ini dari tiga puluh dua orang sahabat melalui jalan dan sanad yang berbeda.
Dari hadis ini berulang-ulang disampaikan
oleh Nabi Saw,
tetapi yang paling masyhur di antaranya
adalah yang disampaikan pada ghizwah Tabuk (ghizwah adalah perang yang dipimpin
langsung oleh Rasulullah Saw, AK).
Ali ditinggal di Madinah sebagai wakilnya.
Perang Tabuk merupakan perang yang di
dalamnya Imam Ali tidak menyertai Nabi (S) Oleh sebab itu, sangatlah sukar
baginya untuk tinggal di Madinah sementara Nabi (S) berangkat ke medan laga.
Tatkala pasukan beranjak meninggalkan
Madinah, ia datang menghadap kepada Nabi (S) dan berkata, ‚Apakah engkau
meninggalkan aku di Madinah bersama para wanita dan anak-anak?‛ Dalam menjawab
pertanyaan Hadrat Ali, beliau bersabda:
أَما تَرْضَى أنْ تَكُونَ
مِنٍّي بِمَنْزِلَةِ هارُونَ مِنْ مُوسَى إلاَّ أنَّوُ لاَ نَبِيَ بَعْدِي
‚Apakah engkau tidak ridha kedudukanmu
bagiku laksana kedudukan Harun bagi Musa, hanya saja tidak ada nabi
setelahku?‛[95]
Kita jumpai dalam Al-Quran bahwa hubungan
Harun bagi Musa memiliki lima relasi: Saudara, mitra dalam nubuwwah (kenabian),
wazir dan penolong, pendukung[96] ; khalifah dan washi.[97]
[96] وَاجْعَل لِّي وَزِيرًا مِّنْ أَهْلِي * هَارُونَ أَخِي * اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي * وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي
‚Dan jadikanlah untukku seorang pembantu
dari keluargaku. (Yaitu) Harun, saudaraku. Teguhkanlah dengan ia kekuatanku.
Dan jadikanlah ia sekutu dalam urusanku. (QS. Thaha [20]:29 – 32)
[97] وَقَالَ مُوسَىٰ لِأَخِيهِ هَارُونَ اخْلُفْنِي فِي قَوْمِي
وَأَصْلِحْ وَلَا تَتَّبِعْ سَبِيلَ الْمُفْسِدِينَ
"Dan berkata Musa kepada saudaranya Harun,
Gantikanlah (Akhlif-ni) aku dalam (memimpin) kaumku, dan
perbaikilah, dan janganlah engkau mengikuti orang-orang yang membuat
kerusakan.‛ (QS. Al-A’raf 7: 142)
Oleh karena itu, Hadrat Ali juga memiliki
lima relasi dengan Nabi (S) lantaran ia memilih Ali dan bersabda,
Engkau adalah saudaraku dunia dan
akhirat.‛[98] Ia adalah mitra Rasulullah (S) dalam menyampaikan pesan
Ilahi, lantaran Nabi (S) bersabda,
Tidak ada yang menyampaikan pesan Ilahi
kecuali aku dan Ali.‛[99] Ali adalah wazir Nabi (S) karena Nabi (S) bersabda,
Ali adalah wazirku.‛[100] Ali adalah
penolong Nabi (S) lantaran Allah Swt menolong Nabi (S) dan Hadrat Ali
As.[101] Dan Hadrat Ali adalah khalifah Rasulullah Saw; karena Nabi (S) memilih
Imam Ali As sebagai khalifahnya.[102]
3. Hadis Wishâyah dan Wirâtsah
Rasulullah (S) bersabda:
لِكُلٍّ نَبِيٍ وَصِيٌّ وَوَارِثٌ وَإنَّ
عَلِياًّ وَصِيٍّي وَوَارِثي
Setiap nabi memiliki washi dan warits dan
Ali adalah washi dan warits bagiku. ‛[103 [103]Târikh Dimasyq, jilid 3, hal. 5,
Hadits ke-1030 & 1031 dan Manâqib ibn Maghâzali, hal. 200, Hadits ke-238.]
Ia bersabda lagi:
أنَا نَبِيُّ هَذِهِ الْأُمَّةِ وَعَلِيٌّ وَصيٍّي
في عِتْرَتيِ وَأىْلِ بيتي وأمَّتي مِنْ بعْدِي
‚Aku adalah rasul umatku dan Ali adalah
washi bagiku di kalangan keluarga dan umatku selepasku.‛[ [104]Farâidh
Al-Simthain, jilid 1, hal. 272, bab 52, Hadits ke-211.]
Dan bersabda:
عَلِيٌّ أخِي وَوَزِيرَي
وَوارِثِي وَوَصِيٍّي وَخَلِيفَتي في أُمَّتي
‛Ali adalah saudara, wazir, wârits, washi, dan
khalifahku di kalangan umatku.‛[ Ibid., hal. 315, bab 58, Hadits ke-25.]
4. Ali adalah Wali Mukminin
Setiap saat Nabi (S) bersua dengan
seseorang yang bersikap kurang ajar kepada Ali, atau orang-orang jahil yang
mengadu kepada Nabi Saw, ia bersabda:
ما تُرِيدُونَ مِنْ عَليٍّ ، إنَّ عَليّاً
مِنّي وَأنا مِنْه وَهُوَ وَليُّ كُلُّ مُؤمِنٍ بَعدِي
‚Apa yang engkau inginkan dari Ali, Ali
adalah dariku dan Aku dari Ali. Ali adalah pemimpin kaum Mukminin selepasku.‛[108]
5. Hasil-hasil Kepemimpinan Ali dalam Sabda Nabi Saw
Kapan saja para sahabat berbincang dengan
Nabi (S) ihwal khalifah dan pemimpin umat pasca Nabi Saw, ia menyampaikan –
menurut beberapa riwayat berkeluh sendu duhai – sebagai hasil dan buah
kepemimpinan Ali As.
Sebagai contoh, Nabi (S) bersabda:
إنْ وَلَّيتُمُوها علياً وجدتموه هادياً
مَهدياً يَسلُكُ بِكم على الطريق المستقيم
‚Apabila kalian menyerahkan khilâfah kepada
Ali, kalian melihatnya bahwa ia adalah seorang pembimbing dan terbimbing, yang
membawa kalian ke jalan yang benar.‛[109]
أما والذي نفسي بيده لئن أطاعوه
لَيَدْخُلُّن الجنة أجمعين أكتعين
‚Demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya,
apabila mereka menaati Ali As, seluruhnya, seluruhnya akan memasuki firdaus.‛[110]
إن تستخلفوا علياً ولا أراكم فاعلين تجدوه هادياً
مَهدي اًيحملكم على المحجة البيضاء .
‚Apabila kalian menjadikan Ali sebagai
khalifah – dan aku kira kalian tidak akan melakukan hal itu – kalian telah
melihatnya bahwa ia adalah orang yang terbimbing yang akan membawamu ke jalan
utama.‛[111]
6. Khilâfah Intishâbi Ali As
Pada bagian sebelumnya, dalam menjelaskan hadis Al-Ghadir, kita berkata bahwa Rasulullah (S) memperkenalkan Ali sebagai penggantinya adalah perintah dari Allah Swt. Sekarang kita akan menukil sebuah riwayat yang akan menjelaskan masalah (matlab) ini dengan baik.
Diriwayatkan dari Rasulullah Saw, ‚Pada malam mikraj, tatkala aku sampai pada derajat puncak kedekatan, aku berdiri di haribaan Tuhanku, Dia berfirman, ’Wahai Muhammad!’ Aku menjawab, ’Labbaik.’ Dia berfirman, ’Apakah engkau telah menguji para hamba-Ku hingga engkau tahu bahwa siapa di antara mereka yang lebih taat?’
Aku menjawab, ’Tuhanku, yang paling taat di
antara mereka adalah Ali.’
Dia berfirman, ’Engkau berkata benar, wahai
Muhammad! Apakah engkau telah memilih khalifah yang akan menunaikan
tugas-tugasmu dan memberikan pengajaran kepada hamba-hamba-Ku ihwal apa yang
mereka tidak ketahui tentangnya?’
Aku berkata, ’Tuhanku, pilihkanlah
untukku.’
Dia berfirman, ’Aku telah memilih Ali
untukmu. Pilihlah ia sebagai washi dan khalifah bagimu.’‛[112]
Demikian Nabi (S) bersabda, ‚Allah Swt
memilih seorang nabi untuk setiap umat, dan setiap nabi memiliki seorang washi
dan khalifah baginya. Aku adalah nabi umat ini dan Ali adalah
washiku.‛[113] []
7. Ayat Tabligh
Nabi (S) menyebut musim haji ini sebagai
hajjatul wida’ (haji perpisahan), hajjatul Islâm, hajjatul balâgh (haji
penyampaian), hajjatul kamâl (haji sempurna), hajjatul tamâm (haji
penghabisan).[21] Dengan selesainya ibadah haji, Nabi (S) bergerak kembali
menuju kota Madinah. Tatkala sampai di bumi Rabigh, di tempat yang bernama
Khum; Malaikat Jibril As turun, menyampaikan, dan membacakan pesan dari Allah
Swt:
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ
بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ وَإِن
لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ ۚ وَاللَّهُ
يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ ۗ إِنَّ
اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika engkau tidak kerjakan maka engkau
tidak menyampaikan risalah-Nya. Allah memeliharamu dari gangguan manusia.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
kafir. (QS. Al-Maidah [5]:67)[22]
Setelah Rasul disampaikan Ayat Tabligh
di atas barulah diturunkan Ayat Ikmal Al-Din.
A. Kebenaran peristiwa Al-Ghadir dalam
perspektif sejarah;
B. Muatan sabda Rasulullah (S) pada khotbah
Al-Ghadir.
Di antara para sahabat Rasulullah (S) terdapat 110 sahabat yang meriwayatkan hadis Al-Ghadir ini.
Di antara para tabi’in terdapat 84 orang;
Di antara ulama abad kedua Hijriah terdapat
56 orang;
Di antara ulama abad ketiga Hijriah
terdapat 92 orang;
Di antara ulama abad keempat Hijriah
terdapat 43 orang;
Di antara ulama abad kelima Hijriah
terdapat 24 orang;
Di antara ulama abad keenam Hijriah
terdapat 20 orang;
Di antara ulama abad ketujuh Hijriah
terdapat 21 orang;
Di antara ulama abad kedelapan Hijriah
terdapat 18 orang;
Di antara ulama abad kesembilan Hijriah
terdapat 16 orang;
Di antara ulama abad kesepuluh Hijriah
terdapat 14 orang;
Di antara ulama abad kesebelas Hijriah
terdapat 12 orang;
Di antara ulama abad keduabelas Hijriah
terdapat 13 orang;
Di antara ulama abad ketigabelas Hijriah
terdapat 12 orang;
Di antara ulama abad keempatbelas Hijriah
terdapat 19 orang;
Kandungan Hadis Al-Ghadir
Kalimat yang menjadi saksi pada peristiwa
Al-Ghadir dan pada hakikatnya pesan utama Al-Ghadir terkandung di dalamnya
adalah sabda Nabi (S) bersabda:
“ مَنْ كُنْتُ مَوْلاهُ فَعَليٌّ مَولاه “
Barangsiapa
yang menjadikan aku sebagai mawlanya, maka Ali adalah mawlanya.‛
Kriteria-kriteria dan Pesanan Rasulullah terhadap Ali (as)
1.1. Kecintaan kepada Ali As adalah
Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya
1.2. Mencintai Ali Mendatangkan
Kebahagiaan.
1.3. Mencintai Ali adalah Sebuah Amal
Saleh.
1.4. Tidak Mencintai Ali Membuat Seluruh
Amalan Ditolak
1.5. Kebencian kepada Ali Tidak Akan
Bersatu dengan Kecintaan kepada Rasulullah (S)
1.6. Kebencian kepada Ali Tidak Akan
Bersatu dengan Iman
1.7. Kebencian kepada Ali adalah Kekafiran.
1.8. Kecintaan kepada Ali adalah Alamat
Keimanan dan Kebencian kepadanya adalah Alamat Kemunafikan.
2. Menyakiti Ali adalah Menyakiti
Rasulullah (S)
3. Mencela Ali adalah Mencela Rasulullah
(S)
4. Meninggalkan Ali Meninggalkan Rasulullah
(S)
5. Memerangi Ali adalah Memerangi
Rasulullah (S)
6. Panji Hidayah.
7. Ali bersama Kebenaran.
8. Kebenaran bersama Ali
9. Ali, hak dan Al-Quran.
10. Ali dan Al-Quran.
11. Ali Laksana Ka’bah.
12. Ali adalah Gerbang Ampunan.
13. Mizan Iman.
14. Pembeda antara Hak dan Batil
15. Tanda Keimanan.
16. Pembahagi Syurga dan Neraka.
17. Surat Izin untuk Melintasi Shirath.
18. Kemenangan dengan Mengikuti Ali
19. Para Syi’ah (Pengikut) Ali di Syurga.
20. Partai yang Meraih Kemenangan.
21. Mengikuti Ali, Terpuji dan Ridha.
22. Mengingat (Dzikir) Ali adalah Ibadah.
23. Memandang Wajah Ali adalah Ibadah.
24. Ali adalah Gerbang Syurga.
25. Pendaran Cahaya Ali di Syurga.
26. Ali adalah Bapa Kaum Muslimin.
27. Menaati Ali
28. Penjaga Rahasia Rasulullah (S)
29. Ali adalah Kepala bagi Rasulullah (S)
30. Gelar-gelar Imam Ali As.
Belum lagi kita bawakan hadits-hadits
bersangkutan 3itrah dan Ahl Al-Bait yang ......
Keengganan menerima Ali sebagai Aushiak dan
khalifah Rasulullah (S) setelah kewafatan baginda menyebabkan:
1.
Para sahabat
nabi bermesyuarat di Tsaqifah, Abu Bakar terpilih sebagai khalifah, Nabi gelar
(syuraa kubra)
2.
Pengurusan
jenazah diurus oleh Keluarga terdekat Rasulullah (S)
3.
Demi
memperkuat kedudukan khalifah, mereka merempuh, ingin membakar, menolak keras
pintu Rumah Ali (as) mencedarakan Fatimah yang mengandungkan Muhsin (sehingga
gugur) mengheret Ali (as) memaksa untuk membai’ah Abu Bakar
4.
Mereka
merampas Tanah fadak (milik warits Rasulullah (S))
5.
Mereka
melupakan semua pesan dan wasiat tentang Imamah dan Khalifah – penyelewengan
yang besar
6.
Setelah Abu
Bakar mati Umar dilantik sebagai khalifah dengan jalan wasiat – satu lagi penyelewengan
7.
Ahl Al-Bait Rasulullah
(S) hidup terpinggir tanpa kuasa dan ekonomi (kedua-duanya dirampas)
8.
20 tahun
lebih Umar menjadi khalifah – Agama Islam terdapat penyelewengan – masa yang
cukup lama melemahkan peringatan-peringatan Rasulullah (S)
9.
Umar mati
diganti oleh Utsman dengan wasiat licik Umar
10.
Barulah jawatan
Khalifah kembali kepada Ali (as)
11.
Sahabat Rasulullah
(S) memerangi Ali – perang Jamal
12.
Muawiyah
memerangi Ali – perang Siffin
13.
Ali (as)
wafat (terbunuh) diganti oleh Al-Hassan (as)
14.
Al-Hassan
(as) menyerahkan jawatan Khalifah kepada Muawiyah dan wafat diracun
15.
Umat Islam
diperintah oleh Muawiyah – Bani Umaiyah
16.
Imam Ali
dikutuk di mimbar .......
17.
Islam sebenar
di pimpin oleh Aimmah
18.
Kematian Imam
ke 11 (260H), Imam Mahdi (as) berumur 5 Tahun -
Ahli Sunnah menolak samada pada zaman Ghaibah Sughra (kecil) atau pada
zaman Ghaibah Kubra (besar), dan hampir-hampir hanya Syiah yang lebih
mengutamakannya dari mereka dalam menyebutnya (mengingatnya). Hingga Sekarang.
Itulah rentetan Penyelewengan Umat Islam terhadap
Menolak Aushiak Rasulullah (sawas)
No comments:
Post a Comment