VIII
- Aturan Mengenal Khalifah Allah
Tidak
syak lagi bahawa perkara-perkara yang paling asas yang kita lihat hari ini
mestilah diberi pertimbangan dan garis panduan, dengan itu kita dapat mengetahuinya.
Bagi emas berharga ada timbangannya, begitu pula dengan buah-buahan mempunyai
gejala tabiei (aturan umum) dan mempunyai timbangannya dan aturan untuk
menerokainya.Maka demikian tabiat (tabiei) yang Allah SWT jadikan pada Ketinggian
PeraturanNya untuk membezakan khalifah-Nya dari manusia biasa yang laian.
Dalam
memperkatakan Khalifah Allah Al-Mahdi (as), Adakah Allah SWT meletakkan
peraturan untuk mengenal penyeru Al-Haq pada setiap zaman kerana dia
adalah Hujjah Allah atas hambaNya dan Khalifah Allah di bumiNya dan taat
kepadanya adalah ketaatan kepada Allah dan mengingkarinya bererti bermaksiat
kepada Allah, mengimani dan mematuhinya adalah beriman dan patuh kepada Allah,
dan kufur dan berpaling darinya adalah kufur dan berpaling dari Allah.
Adakah
Allah tidak menentukannya (Maha Suci dan Maha Tinggi Dia dari sifat kekurangan)
kerana Dia Al-Hakim Al-Mutlak dan menentukan ukuran atas segala sesuatu dan
sebaik-baik Penentu Ukuran:
﴿وَكُلُّ شَيْءٍ عِندَهُ بِمِقْدَارٍ﴾
"Dan
segala sesuatu di sisi-Nya memiliki ukuran." [Al-Ra'd 13:8]
﴿وَرَبِّي لَتَأْتِيَنَّكُمْ عَالِمِ الْغَيْبِ لَا يَعْزُبُ
عَنْهُ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَلَا أَصْغَرُ
مِن ذَٰلِكَ وَلَا أَكْبَرُ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ﴾
"Demi Tuhan-ku yang mengetahui yang ghaib,
sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu. Tidak ada tersembunyi
dari-Nya seberat zarrah pun yang ada di langit dan yang ada di bumi, dan tidak
ada (pula) yang lebih kecil dan yang lebih besar dari itu, melainkan tersebut
dalam kitab yang nyata” [Saba’ 34:3]
Hakikat
yang diperlukan adalah Al-Hikmah Ilahiyah yang meletakkan peraturan untuk
mengenal Khalifah Allah di bumiNya pada setiap zaman, dan perlu meletakkan
peraturan ini sejak dari hari pertama Allah SWT menjadikan KhalifahNya di
bumiNya, maka tidak mungkin peraturan itu wujud secara secara tiba-tiba di
salah satu risalah samawi yang baru, sedangkan ia sepatutnya tanggung jawab
yang telah wujud sejak awal lagi.
Sekurang-kurangnya
iblis, sebagai mukallaf (yang bertanggung jawab) pada masa tersebut (sejak hari
pertama), memerlukan aturan itu untuk mengenal pembawa kebenaran Ilahi.
Jika
tidak, sudah tentu ia akan dijadikan alasan untuk tidak menjadi pengikut
kebenaran kerana tidak mampu membezakan dan tidak adanya aturan untuk mengenal
khalifah yang diangkat Allah SWT ini.[Kitab Pecerahan dari dakwah Para Rasul
oleh Khalifah Al-Mahdi Al-Syed AhmadAl- Hassan (as)].
Aturan
ini adalah sebagai dalil qath’ei ke atas pemilik kebenaran (khalifah) di
zamannya, sekaligus menafikan urusan ini dituntut oleh orang-orang yang batil,
kerana aturan yang ada padanya ini memisahkan antara haq dan batil, dan pasti
peraturan di sisiNya benar, bukan selainnya, untuk selamanya pada bila-bila
masa dan di mana sekalipun. Maka siapa yang membawanya adalah pemiliknya, dan
tidak mungkin peraturan ini ketinggalan dan diperselisih selamanya dan tidak
akan dapat membawanya selain pemiliknya. Firman Allah:
﴿وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْأَقَاوِيلِ * لَأَخَذْنَا
مِنْهُ بِالْيَمِينِ * ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِينَ﴾
"Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian
perkataan atas (nama) Kami, * niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan
kanannya. * Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya" (Al-Haaqqah
69:44-46)
“Lau”
(baca: seandainya) adalah perkataan pencegahan untuk mencegah, yang bererti
mencegah terjadinya yang kedua disebabkan pencegahan telah berlaku pada yang
pertama.
Kita
pun tahu adanya sejumlah orang yang dengan meninggikan nama Allah, mengaku nabi
seperti Musailamah dan Sajah, Aswad. Hanya saja Allah SWT tidak memegang
(mengazab) mereka, padahal Dia Maha menepati janji.
Benarkah
Allah SWT memungkiri janji? Maha besar Allah dari perkara itu. Atau yang
dimaksudkan dengan “mengada-ada sebagian ucapan atas (nama) Kami”
adalah hal lain yang berlainan dengan tindakan mengaku sebagai seorang nabi
yang merupakan kedudukan lantikan Allah. Dengan kata lain, orang yang mengaku-ngaku
ini boleh mengaku nabi atau khalifah atau pemimpin rohani. Atau mendakwa
sebagai aturan yang menetap kenabian atau kekhalifahan.
Mendakwa
sebagai (yang memenuhi syarat) aturan itu adalah “mengada-adakan cerita”. Maka
tidak akan ada seorang yang mengaku sebagai demikian, kecuali si pengaku
itu jujur. Oleh kerana itu, fakta sejarah menunjukkan tidak ada seorang pun
yang mampu mengaku sebagai seseorang yang dinashkan (dilantik) di dalam
kitab-kitab samawi.
Walaupun
ada orang-orang yang mendakwa sebagai nabi, mereka hanya mendakwa kedudukan
saja tanpa dapat mengangkat aturan yang menetapkan kebenaran dakwaan mereka,
sebagaimana Allah menetapkan para hujjah masa dahulu, seperti Musa dan Isa (as).
Jadi
aturan yang mengenalkan umat kepada para khalifah Allah, tidak dapat digunakan
oleh orang-orang yang batil, dan Allah memalingkan mereka dari pendakwaan ini.
Perkara ini sesuai dengan akal, syariat dan sejarah.
Atas
sebab ini, aturan yang menentukan khalifah Allah di setiap zaman harus
diketahui, dan khalifah Allah Al Mahdi dapat dikenali dengan peraturan ini.
Peraturan
Mengenal Al-Hujah di dalam Al Quran:
Telah
dijelaskan bahawa Allah SWT sahaja yang memilih, melebihkan dan menjadikan di
antara seluruh mahkluk-Nya khalifah-khalifah-Nya di muka bumi dan mereka wajib
ditaati.
﴿اللَّـهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ
النَّاسِ إِنَّ اللَّـهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ﴾
"Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari
malaikat dan dari manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat." [Al-Hajj 22:75]
﴿وَأَنَا اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوحَىٰ﴾
"Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah
apa yang akan diwahyukan (kepadamu)" [Thaha 20:13]
﴿قَالَ يَا مُوسَىٰ إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ
بِرِسَالَاتِي وَبِكَلَامِي فَخُذْ مَا آتَيْتُكَ وَكُن مِّنَ الشَّاكِرِينَ﴾
Allah berfirman: "Hai Musa, sesungguhnya Aku
memilih kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan
untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa
yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang
bersyukur". [(Al-A’raf 7:144]
Dia
yang memilih dan menjadi Khalifah di muka bumi,
﴿وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَقَفَّيْنَا مِن بَعْدِهِ
بِالرُّسُلِ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ
بِرُوحِ الْقُدُسِ أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَىٰ
أَنفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا
تَقْتُلُونَ﴾
Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab
kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan
rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran kepada Isa Ibn Maryam
dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah setiap datang kepadamu
seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu
lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan
beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? [Al-Baqarah 2:87]
﴿يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ
فَاحْكُم بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَن
سَبِيلِ اللَّـهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ اللَّـهِ لَهُمْ
عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ﴾
"Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu
khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara
manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, kerana ia akan
menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari
jalan Allah akan mendapat azab yang berat, kerana mereka melupakan hari
perhitungan." [Shad 38:26]
﴿وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا
إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا
لَنَا عَابِدِينَ﴾
"Kami telah menjadikan mereka itu sebagai imam-imam
yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada
mereka untuk mengerjakan kebaikan, mendirikan salat, dan menunaikan zakat, dan
hanya kepada Kami-lah mereka selalu mengabdi." [Al-Anbiya 73]
Bahkan
ketika pemilihan dan perlantikan Khalifah pertama iaitu nabi Allah Adam (as):
﴿وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي
الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا
وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ
إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ * وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا
ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاءِ
هَـٰؤُلَاءِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ * قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا
إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ * قَالَ
يَا آدَمُ أَنبِئْهُم بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنبَأَهُم بِأَسْمَائِهِمْ
قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنتُمْ تَكْتُمُونَ* وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ
اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ
الْكَافِرِينَ﴾
"Dan (ingatlah) ketika Tuhan-mu berfirman
kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku ingin menjadikan seorang khalifah
di muka bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau akan menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan-Mu?” Tuhan
berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Dan Dia
mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada
para malaikat, lalu berfirman, “Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama mereka itu jika
kamu memang orang-orang yang benar.” Mereka menjawab, “Maha Suci Engkau!
Kami tidak mengetahui kecuali apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Allah
berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-namanya".
Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-namanya, Allah berfirman:
"Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui
rahsia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu
sembunyikan?"
Dan
(ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Bersujudlah kamu kepada
Adam!” Maka mereka bersujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur, dan
(dengan demikian) ia termasuk golongan orang-orang yang kafir." [Al
Baqarah 2:30-34]
Khalifah
Allah Al-Mahdi mengatakan: “Sejarah awal peraturan untuk mengenali Khalifah
Allah ini adalah seperti berikut:
1 - Sesungguhnya Allah telah nashkan lantikan Adam
di hadapan para malaikat dan iblis, bahawa dia adalah khalifah-Nya.
2 - Setelah Adam diciptakan, Allah mengajarkan
nama-nama semuanya.
3 - Kemudian Allah perintahkan para malaikat dan
iblis untuk bersujud kepada Adam.
Tiga
perkara tersebut adalah aturan Allah untuk mengenal hujjah kepada umat manusia
dan khalifah-Nya di bumi, dari sejak masa awal dan sunnah ilahiah ini
berlangsung sampai berakhirnya dunia dan datangnya hari kiamat:
﴿سُنَّةَ اللَّـهِ فِي الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلُ وَلَن
تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّـهِ تَبْدِيلًا﴾
"Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas
orang-orang yang telah terdahulu sebelum(mu), dan kamu sekali-kali tidak akan
mendapati perubahan pada sunnah Allah." [Al Ahzaab 33:62]
Sebagaimana
manusia mempunyai kilang atau sawah atau kapal atau apapun yang di dalamnya
terdapat para pegawai yang bekerja, har.us ditentukan seorang dari mereka
sebagai pemimpin, dengan disebutkan namanya. Jika tidak, akan terjadi
kekacauan. Sebagaimana orang tersebut haruslah merupakan seorang yang
paling berilmu dan utama, dan ditaati perintahnya. Jika tidak, manusia tidak
akan mengetahui tiga perkara itu, lalu hikmah akan menjadi sia-sia. Tuhan yang
Maha Bijaksana tidak akan membiarkan umat manusia jauh dari perkara itu.
Jika
dikaji peraturan Ilahi ini secara terperinci, akan didapati bahawa nash
lantikan Ilahi atas Adam (as) sampai membawa pada wasiat yang membolehkan
wujud khalifah terdahulu. Ia adalah nash (lantikan) selepas seorang khalifah kepada
khalifah lain dengan perintah Allah. Ini adalah tugas wajib untuk menetapkan
orang sesudahnya sebagai khalifah Allah di bumi-Nya. Firman Alah
﴿إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا
الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا﴾
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya [Al-Nisaa’ 4:58]
Sementara
nama-nama yang diajarkan kepada Adam, agar beliau mengetahui hakikat nama-nama
Ilahiyah dan menghiasinya serta melayakkannya untuk menjadi khalifah di bumiNya.
Kemudian disampaikan kepada para malaikat, agar mereka mengetahui nama-nama itu
yang darinya mereka tercipta. Adam (as) diajarkan tiap-tiap nama itu. Sedangkan
para malaikat tidak mengetahui satupun darinya. Dengan demikian kedudukan Adam (as)
ke atas mereka menjadi kukuh dengan ilmu dan hikmah.
Perkara
ketiga di dalam aturan tersebut adalah perintah Allah kepada malaikat dan iblis
untuk bersujud kepada Adam.
Perkara
ini merupakan penerapan amalan bagi khalifah untuk menegak dan meneruskan
sebagai pengganti (penguasa), dan berperanan serta amalan bagi malaikat pula adalah
sebagai para pembantu Allah, agar mereka menegak dan meneruskan pernan para
pegawai dan pelajar ilmu di sisi khalifah Adam (as).
Mari
kita melihat kembali pada kisah Yusuf, kita dapati:
1
- Wasiat;
Dalam ungkapan Ya’qub (as) kepada Yusuf (as):
﴿وَكَذَٰلِكَ يَجْتَبِيكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِن تَأْوِيلِ
الْأَحَادِيثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَعَلَىٰ آلِ يَعْقُوبَ كَمَا
أَتَمَّهَا عَلَىٰ أَبَوَيْكَ مِن قَبْلُ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ
رَبَّكَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ﴾
"Dan demikianlah Tuhanmu memilihmu (untuk
menjadi nabi) dan Dia mengajarkan kepadamu sebagian dari takbir mimpi, serta
Dia menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya‘qub, sebagaimana
Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang nenek moyangmu sebelum
itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana." [Yusuf 12:6]
Ya’qub
Menjelaskan bahawa Yusuf adalah washinya, yang merupakan kelanjutan seruan
Ibrahim (as). Maka Yusuf (as) mengatakan:
﴿وَاتَّبَعْتُ مِلَّةَ آبَائِي إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ
وَيَعْقُوبَ مَا كَانَ لَنَا أَن نُّشْرِكَ بِاللَّـهِ مِن
شَيْءٍ ۚ ذَٰلِكَ مِن فَضْلِ اللَّـهِ عَلَيْنَا وَعَلَى النَّاسِ
وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ﴾
"Dan aku mengikut agama bapa-bapaku, Ibrahim,
Ishaq, dan Ya‘qub. Tiadalah patut bagi kami (para nabi) mempersekutukan sesuatu
apa pun dengan Allah. Yang demikian itu adalah dari kurnia Allah kepada kami
dan kepada manusia (seluruhnya); tetapi kebanyakan manusia itu tidak bersyukur.
[Yusuf 12:38]
Maka
Yusuf (as) menekankan hubungannya dengan para nabi dan dialah penerus seruan
mereka.
2
- Ilmu;
Firman Allah SWT:
﴿ قَالَ لَا يَأْتِيكُمَا طَعَامٌ تُرْزَقَانِهِ
إِلَّا نَبَّأْتُكُمَا بِتَأْوِيلِهِ قَبْلَ أَن يَأْتِيَكُمَا ذَٰلِكُمَا
مِمَّا عَلَّمَنِي رَبِّي إِنِّي تَرَكْتُ مِلَّةَ قَوْمٍ لَّا يُؤْمِنُونَ
بِاللَّـهِ وَهُم بِالْآخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ﴾
Yusuf berkata, “Tidak diberikan kepadamu berdua
jatah makananmu melainkan aku telah dapat menerangkan jenis makanan itu,
sebelum makanan itu sampai kepadamu. Yang demikian itu adalah sebagian dari apa
yang diajarkan kepadaku oleh Tuhanku. Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama
orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, sedang mereka ingkar kepada hari
kemudian." [Yusuf 12:37]
﴿قَالَ تَزْرَعُونَ سَبْعَ سِنِينَ دَأَبًا فَمَا حَصَدتُّمْ
فَذَرُوهُ فِي سُنبُلِهِ إِلَّا قَلِيلًا مِّمَّا تَأْكُلُونَ * ثُمَّ يَأْتِي
مِن بَعْدِ ذَٰلِكَ سَبْعٌ شِدَادٌ يَأْكُلْنَ مَا قَدَّمْتُمْ لَهُنَّ إِلَّا
قَلِيلًا مِّمَّا تُحْصِنُونَ * ثُمَّ يَأْتِي مِن بَعْدِ ذَٰلِكَ
عَامٌ فِيهِ يُغَاثُ النَّاسُ وَفِيهِ يَعْصِرُونَ﴾
Yusuf berkata, “Supaya kamu bertanam tujuh tahun
(lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai, hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan.* Kemudian
sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang
kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit
gandum) yang kamu simpan. * Kemudian setelah itu akan datang tahun yang pada
waktu itu manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras
(buah-buahan).” [Yusuf 12:47-49]
﴿قَالَ اجْعَلْنِي عَلَىٰ خَزَائِنِ الْأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ
عَلِيمٌ﴾
Berkata Yusuf, “Jadikanlah aku bendaharawan negara
(Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi
berpengetahuan.” [Yusuf 12:55]
3
- Bai’ah Kepunyaan Allah:
﴿يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَأَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ
اللَّـهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ﴾
“Wahai kedua penghuni penjara, manakah yang baik,
tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha
Perkasa?” [Yusuf 12:39]
﴿مَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِهِ إِلَّا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا
أَنتُمْ وَآبَاؤُكُم مَّا أَنزَلَ اللَّـهُ بِهَا مِن سُلْطَانٍ إِنِ
الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّـهِ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا
إِيَّاهُ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا
يَعْلَمُونَ﴾
“Sembahan-sembahan yang kamu sembah selain Allah itu
tiada lain hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya.
Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. Hukum itu
hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah
selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.” [Yusuf 12:40]
Jadi,
butir-butir peraturan untuk mengenal hujjah adalah nash lantikan, ilmu
dan panji bai’ah milik Allah. Sekiranya kita telusuri tiga butir-butir
tersebut di dalam kitab-kitab, maka kita akan mendapati konsep Al-Mahdi sebagaimana
akan disampaikan nanti.
No comments:
Post a Comment